HAMLET LEADER

HAMLET LEADER
ON UNIVERSITAS INDONESIA

Minggu, 08 Mei 2011

FILOSOFI WAYANG

Omong-omong rerembugan masalah crita Wayang sakjane ngono nyenengno lan akeh sing isok diconto sisi positipe. Wayang iku sakjane ngono iya digawe mergo dienggo gegambarane utawa wewayangane panguripane menungsa sing kira-kira tegese: wayang  ora mung digawe crita utawa dongeng thok; tapi wis dadi wewayangan panguripan menungsa saben dinane.

Wayang iki diciptakno saka rasa lan karsane menungsa Indonesia mergo ananing proses daya spiritual rikala biyen-biyene. Nek dipikir sing rada jero lan ditamatno sing temen, nganggo rasa lan karsane menungsa, mengko bakal ketemu yen wayang iku saktemene dudu kesenian sing dienggo kepuasan biologis, tapi wis dadi sijining seni sing tujuane dienggo golek kepuasan batin.

Nonton pagelaran wayang temen-temen ngono, isok dirasakno lan isok dienggo proses ”intropeksi diri”. Ndelok lan mangerteni simbol-simbol sakjroning pagelaran wayang isok dienggo ngresiki ”intelektual” lan ”moral” sing uwis keblangsak lan ora bener;  sing uga isok dienggo golek tenange batin lan cerahing rohani.

Logika dhuk jero crita wayang sing dienggo logikane dongeng, tapi didasari nganggo nilai-nilai kasunyatan saben dinane. Wayang iku saktemene ngono wis dadi wewayangane panguripan menungsa sing kongkrit. Mulane nek didadekno filosofi urip, filsafat wayang iku didasari akar-akar soko kasunyatane panguripan masyarakat Indonesia.

Iku sing dadi mula bukane akeh ”tema” ndhuk crita-crita pagelaran wayang dijupuk soko kasunyatan panguripan menungsa banjur diangkat dadi lakon-lakon wayang sing digelar. Conto tema-tema crita wayang yaiku ngenani masalah politik, ekonomi, pendidikan, agama, pengetahuan lan sakpiturute. (wis terusno dewe)

Emotional Intelligence

Siapapun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah.

Aristoteles, The Nicomachean Ethics.

Kecerdasan

        Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis (menjadi professor). Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak melulu ini saja. Pandangan baru yang berkembang : ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dll. yang harus juga dikembangkan.

Kecerdasan Emosional

         Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.

         Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya  dan sering kali lebih penting daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan kognitif yang dingin, Kita sudah terlalu lama menekankan pentingnya IQ dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusiawi.

Antara IQ dan EQ

        Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Orang dengan IQ tinggi dapat terperosok ke dalam nafsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak; orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20 % bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktor lain.

        Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup.

         Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan, ataupun dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi.

        Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.

KONSENTRASI!!!

How to Master the English Language

I truly hope that at the end of this short essay I will be able to convey you some pertinent information to point you in the right direction on how to learn the English language. I trust that you will all bear with me while I will try to describe you how I, as a foreigner, did learn the English language and where I struggled most, and by doing this I hope it will stimulate those who would like to improve their language skills.

Having been born in Somalia, with Asian background and with Italian as my mother tongue, I have to admit that I have always been more prone to learn languages rather than being dragooned into doing so. Learning English, however, has been anything but easy or predictable, for when I arrived in London my knowledge of the language was, to say the least, a bit thin. Luckily enough, soon after my arrival, I was able to enrol in a Sixth Form college where I found highly motivated and caring teachers, who patiently taught me English.

This, I think, was a significantly important factor that allowed me to learn the language. Nonetheless, those of you who are not fortunate enough in this regard should not despair, because, if enrolling in the right college or being taught by a caring teacher are very important and practical issues in learning a language, even more important, however, is to work hard and to be committed to doing well. I was committed to learning English; more precisely, I desperately wanted to go to university, and mastering the language was the means to achieve my goal.

Now that I have completed my Master’s Degree from Oxford University, and looking back in retrospect, I realize I was quite naïve, for I never imagined learning English was going to be so much work, and the more fluent I became the harder the language became too. English is indeed a very peculiar language: not only does it have so many grammatical rules, but, irritatingly enough, there are also hundreds of exceptions to those rules, which one can master only through years of persistence, dedication, and indefatigable energy, and earnestly speaking I have yet to reach such flawlessness in the use of English.

Some basic recommendations, which I would give to those who were interested in learning the language, are: firstly, buy a good English dictionary, for this is the most important thing that you will need when learning English. Successful English learners use their dictionaries all the time. Secondly, if you want to improve your speaking/writing ability, read the newspaper, and while doing that highlight the words you do not know, and then go and check them on your new dictionary. Thirdly, instead of watching TV, listen to the radio. Fourthly, talk, talk and talk to anyone at anytime and anywhere.

And finally, learn to go with the flow while enjoying the many benefits of learning a new language; and even though, at times it may be frustrating and embarrassing to make mistakes, you will eventually learn to accept them, and only when you will focus more on understanding your mistakes rather than judging yourself, then you will start to become fluent.